Jamu: Warisan Leluhur Kaya Khasiat

Penjual jamu tradisional di Bantul, Yogyakarta (2020)  (Sumber: Shutterstock).


JAGATBUDAYA.com - Jamu merupakan warisan pengobatan tradisional yang telah dikenal masyarakat sejak dahulu. Minuman herbal tersebut memiliki rasa yang khas, menyegarkan, serta mengandung berbagai manfaat yang berkhasiat untuk kesehatan. Walaupun zaman semakin modern, warisan ini tidak lantas ditinggalkan begitu saja oleh masyarakat. Kini jamu tradisional semakin populer dan digemari masyarakat karena telah resmi ditetapkan menjadi warisan budaya tak benda dari Indonesia oleh UNESCO pada 6 Desember 2023. 


Sejarah Jamu

Sejarah jamu di Indonesia tidak lepas dengan kekayaan alam yang melimpah. Bahkan, sejak zaman dahulu kekayaan rempah-rempah Indonesia telah masyhur di mata dunia. Dalam buku Jamu, Ramuan Tradisional Kaya Manfaat, dijelaskan bahwa perkembangan jamu telah melalui beberapa periode, yakni:

1. Periode Sebelum Kolonial (Sebelum Tahun 1600-an)

Pada masa ini, tanaman digunakan sebagai obat secara oral (dimasukkan melalui mulut) maupun topikal (dioleskan pada permukaan kulit). Hal itu digambarkan pada relief Candi Borobudur berbentuk pohon Kalpataru. Menurut mitologi, pohon Kalpataru merupakan lambang kehidupan abadi. Di bawah relief tersebut, terdapat gambar orang yang sedang menghancurkan bahan-bahan untuk membuat jamu. Panil relief lainnya juga mengisahkan bagaimana praktik pengobatan pada masa lampau. Panil Karmawibhangga menggambarkan beberapa wanita sedang mengobati seorang laki-laki dengan cara memijat, menggosok perut dan dadanya, serta seseorang yang terlihat membawa obat. Relief ini dipercaya sebagai asal muasal penggunaan jamu sebagai obat.

2. Periode Kolonial (Tahun 1600-an - 1942)

Pada periode ini, masyarakat Jawa telah mendokumentasikan resep jamu secara tertulis melalui Serat atau Primbon. Salah satu serat yang populer didokumentasikan oleh Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Anom Amengkunegara III atau Pangeran Sunan Pakubuwono IV (1788-1820) berjudul Serat Centhini. Selain itu, terdapat juga naskah-naskah kuno mengenai tanaman obat Jawa yakni Serat Kawruh Bab Jampi-jampi (1831), Candra Rini (1792), Serat Wulang Wanita, Buku Nawaruci Paraton, dan sebagainya.

3. Periode Jepang (1942-1945)

Pada tahun 1940 telah dibentuk Panitia Jamu Indonesia yang dipimpin oleh Prof. Dr. Sato, selaku Kepala Jawatan Kesehatan Rakyat. Panitia ini bertugas untuk mengimbau pengusaha jamu agar mendaftarkan resep mereka untuk diperiksa oleh Jawatan Kesehatan Rakyat. Hasilnya, pada tahun 1944 terpilih beberapa tanaman obat seperti biji kopi dan daun pepaya untuk pengobatan diare, serta daun ketapang, kulit batang pule, daun sirih, bunga belimbing wuluh, dan cengkih untuk mengobati TBC.

4. Periode Kemerdekaan (Tahun 1945)

Staf pengajar Farmakologi Universitas Indonesia pada tahun 1949, melaporkan beberapa tanaman obat yang berkhasiat sebagai pengganti obat-obatan impor. Tanaman tersebut adalah johar, kecubung, upas raja, kolkisi, dan lidah buaya. Tahun 1950, sebuah organisasi bernama Werkgroep voor Minidinale Plante didirikan untuk memfasilitasi penelitian tanaman obat di Indonesia. Organisasi ini menjadi bagian penting dalam pengembangan dan kajian mengenai jamu sebagai obat herbal.


Manfaat Jamu

Jamu dipercaya masyarakat untuk menjaga kesehatan tubuh. Hingga saat ini, konsumsi jamu sebagai obat tradisional masih diperbolehkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Bahkan, Kemenkes RI juga telah memiliki program gerakan minum jamu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kesehatan. Konsumsi minuman herbal tersebut dapat disesuaikan dengan manfaat yang diperoleh dari bahan pembuat jamu. Beberapa bahan yang kerap digunakan dalam pembuatan jamu adalah: 

1. Jahe

Jahe kerap digunakan pada pembuatan jamu yang bertujuan untuk meningkatkan nafsu makan, mencegah mual, dan meringankan reumatisme. Konsumsi wedang jahe juga dapat menghangatkan tubuh dan meredakan masuk angin.

2. Kunyit

Kunyit dalam pembuatan jamu berfungsi sebagai antibakteri, antijamur, dan antivirus. Senyawa curcumin dalam kunyit dapat meredakan inflamasi seperti bengkak dan nyeri. Ramuan kunyit yang sering dikonsumsi masyarakat sehari-hari adalah kunyit asam. Minuman tersebut dipercaya dapat memelihara kesehatan lambung dan meredakan nyeri pada masa menstruasi.

3. Kencur

Jamu beras kencur merupakan olahan rempah kencur bersama dengan beras, gula, garam, dan buah asam yang mampu untuk meningkatkan nafsu makan. Tak heran jika jamu ini menjadi favorit anak-anak.

4. Brotowali

Rasa brotowali yang pahit ternyata menyimpan banyak manfaat bagi tubuh. Kandungan alkaloid berberin dan columbina mampu membunuh bakteri. Selain itu, jamu brotowali juga berkhasiat untuk menurunkan kadar gula darah, meningkatkan kesehatan jantung, mengatasi rematik, dan masih banyak lagi.


Penetapan jamu sebagai warisan budaya tak benda oleh UNESCO semakin memperkaya khazanah budaya Indonesia di mata dunia. Jamu menjadi warisan ke-13 dari Indonesia dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity. Shella Nur Alfiana, pemilik cafe jamu pada saat diwawancarai oleh tim CNN Indonesia, mengungkapkan harapannya setelah jamu resmi ditetapkan menjadi warisan budaya oleh UNESCO. Ia menyampaikan “dengan UNESCO menetapkan jamu sebagai warisan budaya Indonesia, itu kita (harapkan) ada peluang pasar tentunya, kemudian awareness untuk masyarakat luas semakin meningkat terutama untuk generasi muda. Dan juga support pemerintah, untuk program-program pemerintah seperti membuat expo dengan skala lokal maupun internasional. Kemudian juga, mungkin, kewajiban peraturan di mana sektor pariwisata wajib men-support jamu seperti halnya batik.” 

Unggahan video pada kanal Youtube CNN Indonesia itu juga memicu reaksi warganet. Pemilik akun @ruchimatadipradja**** mengungkapkan rasa bangganya terhadap jamu melalui komentar “turut bangga. maju terus. semoga tambah maju yg mmbawa Indonesia tambah dikenal dng mmpunyai warisan ta benda nyaa.” Prestasi membanggakan ini mendorong kita untuk senantiasa mencintai, melestarikan dan mengembangkan budaya. Hal itu bisa diimplementasikan melalui penelitian, edukasi, dan inovasi produk, agar jamu tetap menjadi warisan yang bernilai bagi masa depan bangsa. 


Sumber : Jamu Ramuan Tradisional Kaya Manfaat. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.


Penulis : Agus Ninja Nurul Chikam

Editor : Anisah Kurnia Rahmawati

 

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama