Pementasan ketoprak berjudul Jonggrang : The Story of Prambanan Temple oleh Kethoprak Moendhi Dharma pada Jumat (20/07/2018) (sumber instagram @winwintolo) JAGATBUDAYA.com - Seni teater tradisional sering kita jumpai di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, setiap sudut penjuru Indonesia memiliki seni pertunjukan yang berbeda-beda tergantung dengan tradisi dan budaya yang berkembang di masyarakat. Masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya pasti sudah tidak asing lagi dengan seni pertunjukan ketoprak. Pertunjukan teater tradisional tersebut memiliki ciri khas pementasan dengan menggunakan bahasa daerah, bersifat spontan, terbuka dengan improvisasi pemain, serta menyajikan dialog, tarian, tembang dan nyanyian sebagai sisipan pertunjukan. Dalam sebuah penelitian oleh Acmad Dipoyono, pengajar seni teater ISI Surakarta, seni ketoprak telah lahir sebelum bangsa Indonesia merdeka. Pertunjukan ketoprak lahir di Surakarta pada tahun 1908, dengan Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat sebagai penciptanya. Temuan dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa ketoprak biasanya dipertunjukkan pada saat musim panen padi di area persawahan. Para petani biasanya melakukan aktivitas menumbuk padi menggunakan lesung yang menimbulkan suara dinamis. Suara yang dinamis itu kemudian ditimpa dengan nyanyian-nyanyian tembang dolanan dan dialog yang spontan dan penuh improvisasi oleh petani lainnya. Raden Mas Tumenggung Wreksodiningrat kemudian mengemas kebiasaan tersebut dalam sebuah pementasan yang pertama kali dilakukan pada 5 Januari 1909. Sejak saat itu, pertunjukan ketoprak mulai berkembang dan identik dengan masyarakat Jawa Tengah. Dikutip dari artikel Pertunjukan Ketoprak, Seni Perjuangan Masyarakat Solo yang diunggah oleh indonesiakaya.com, nama ketoprak diambil dari alat musik kentongan yang digunakan sebelum pertunjukan dimulai. Alat pemukul kentongan dalam Bahasa Jawa adalah keprak. Pertunjukan baru dimulai setelah kentongan di-keprak. Oleh karena itu, pertunjukan ini dinamakan ketoprak yang berasal dari kentongan di-keprak. Pementasan ketoprak merupakan hiburan bagi masyarakat yang kerap dipertunjukkan pada pesta pernikahan, sunatan dan kegiatan masyarakat lainnya. Sedikit berbeda dengan pentas ludruk di Jawa Timur, pentas ketoprak menampilkan cerita legenda, cerita rakyat dan kisah pewayangan. Kisah Ramayana dan Mahabharata cukup sering digunakan dalam pementasan ketoprak. Pementasan ketoprak tidak sepenuhnya terpaku pada cerita asli dan sangat terbuka untuk improvisasi pemain. Iringan gamelan mendukung pementasan ketoprak lengkap dengan sinden. Seiring perkembangan teknologi penyiaran dan perfilman, pentas ketoprak mulai jarang diminati oleh generasi saat ini. Masa kejayaan ketoprak bak telah usai. Panggung pementasan, dialog radio dan tayangan televisi sudah tidak lagi menampilkan drama ketoprak secara masif. Ditambah lagi, minat generasi muda saat ini juga telah beralih pada tayangan modern. Tersisa beberapa program pementasan ketoprak di media massa daerah seperti RRI Surakarta, RRI Jogja, dan TVRI Nasional dengan konsep ketoprak yang modern. Penulis : Agus Ninja Nurul Chikam Editor: Devita Melanie Candra |
Tags:
SENI