Pencak Silat: Seni Bela Diri Asli Indonesia

Pertandingan cabang olahraga pencak silat beregu putri pada laga final Asean Games 2018 di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta. (Sumber: Kristianto Purnomo untuk Kompas.com)

JAGATBUDAYA.com - Indonesia memiliki seni bela diri tradisional yang telah diakui dunia, yakni pencak silat. Pencak silat menampilkan gerakan dan teknik bela diri yang mematikan. Olahraga ini bukan hanya mengajarkan bagaimana cara mempertahankan diri, tetapi juga melatih nilai-nilai luhur bangsa seperti disiplin, berani, dan penghormatan. 


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pencak silat merupakan seni bela diri khas Indonesia dengan ketangkasan membela diri dan menyerang untuk pertandingan dan perkelahian. Selain populer di Indonesia, pencak silat juga digemari sebagai olahraga di beberapa negara, seperti Malaysia, Brunei Darussalam, Singapura, Filipina, Thailand, Australia, Belanda, Jerman, hingga Amerika Serikat.


Sejarah Pencak Silat


Para ahli menyebutkan bahwa pencak silat Indonesia telah ada sejak abad ke-7. Pada masa itu, suku asli Indonesia kerap menggunakan parang, perisai, dan tombak untuk berburu dan berperang. Gerakan dalam pencak silat banyak terinspirasi dari perilaku para binatang untuk bertahan hidup di hutan, seperti gerakan kera, harimau, ular, dan burung elang. Perkembangan pencak silat kemudian membentuk variasi gerakan seperti pukulan, tendangan, dan kuncian.


Pencak silat mulai berkembang pesat hingga ke seluruh wilayah Nusantara pada abad ke-14. Penyebarannya banyak dipengaruhi oleh tokoh-tokoh penyebar agama Islam. Pencak silat diajarkan di surau atau pesantren sebagai bentuk latihan spiritual. Beberapa tokoh yang berperan dalam penyebaran pencak silat dan membangkitkan keberanian masyarakat untuk melawan penjajah adalah Panembahan Senopati, Sultan Agung, Pangeran Diponegoro, Teuku Umar, Tuanku Imam Bonjol, dan beberapa tokoh wanita seperti Sabai Nan Aluih, Cut Nyak Dien, dan Cut Nyak Meutia.

Pada 18 Mei 1948, sejarah kembali tercatat dengan terbentuknya organisasi pencak silat nasional bernama Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI). Pembentukan IPSI bertujuan agar seluruh aliran pencak silat di Indonesia dapat terikat dalam satu organisasi induk. Kemudian, pada 11 Maret 1980 organisasi pencak silat antar negara atau Persekutuan Pencak Silat Antarbangsa (PERSILAT) dibentuk. Indonesia menjadi salah satu negara pendiri organisasi tersebut bersama dengan Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Tidak berjarak lama, pencak silat mulai diperkenalkan di kancah dunia melalui nomor pertandingan pada SEA Games ke-14 tahun 1987 di Jakarta.


Pengakuan UNESCO

Tradisi pencak silat telah ditetapkan dalam Representative List of the Intangible Cultural Heritage of Humanity, pada sidang ke-14 Komite Budaya Tak Benda UNESCO, 12 Desember 2019 di Kolombia. Proses penetapan tradisi pencak silat sebagai daftar warisan budaya cukup panjang, sejak usulan Indonesia pada tahun 2017. Penetapan ini, tentu menjadi prestasi bagi Bangsa Indonesia. Namun, proses setelah penetapan menjadi sangat penting. Masyarakat harus melestarikan tradisi dan menghidupkan praktik kebudayaan. 

“Pengusulan (pencak silat sebagai warisan budaya) berasal dari masyarakat. Sejak tahun 2014 teman-teman sudah memulai seluruh proses, melakukan riset. 2017 secara resmi kita memasukkan ke UNESCO. Di UNESCO ada satu daftar praktik-praktik kebudayaan dari seluruh dunia yang terpilih masuk daftar itu. Pencak silat saat ini masuk ke dalam daftar itu. Artinya pentingnya apa? Karena daftar ini sebetulnya dianggap sebagai himpunan praktik-praktik yang bermanfaat bagi kemanusiaan. Kurang lebih, posisinya sekarang (nilai) kebudayaan (dalam pencak silat), nilainya kemudian dianggap penting, dan punya nilai universal bagi kehidupan,” keterangan Hilmar Farid, Dirjen Kebudayaan Kemendikbud, dalam dialog bersama BeritaSatu.

Secara luas pencak silat dikenal sebagai jenis olahraga bela diri asli Indonesia yang diwariskan dari generasi ke generasi. Hadirnya empat aspek dalam pencak silat yakni mental dan spiritual, pertahanan diri, seni, serta olahraga membuat tradisi ini diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda (Intangible Cultural Heritage). “Kalau kita perhatikan, praktik pencak silat itu kesatuan gerak, bunyi dan yang paling penting, saya kira akhlak,” imbuh Hilmar pada wawancara itu.  Tradisi pencak silat juga mempu menguatkan karakter generasi agar mampu mengendalikan diri, tubuh, dan emosi dari segala macam bentuk rangsangan (impuls) sehingga dapat diarahkan pada energi positif. Saat ini banyak sekolah yang mengadaptasi pendidikan pencak silat pada muatan ekstrakurikuler. 


Aliran-aliran Pencak Silat di Indonesia

Budaya yang berkembang dalam masyarakat juga turut membentuk aliran pencak silat di Indonesia. Berikut merupakan aliran-aliran pencak silat di beberapa daerah : 

1. PSHT (Persaudaraan Setia Hati Terate)

Pada tahun 1903, Ki Ngabehi Soeromihardjo atau Eyang Suro mendirikan perkumpulan pencak silat dengan nama Djojo Gendilo Tjipto. Hingga pada tahun 1917 berganti nama menjadi Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) yang berlokasi di Madiun, Jawa Timur. Penggunaan kata persaudaraan digunakan untuk membangkitkan rasa nasionalisme pemuda yang kala itu masih dijajah oleh Belanda. Setia Hati merupakan bentuk kesatuan tunggal dalam hati dan pikiran manusia yang berorientasi pada Tuhan. Serta terate yang merupakan bunga dengan keindahan dan keagungan yang dapat beradaptasi di mana pun. PSHT tidak hanya belajar seni bela diri saja, tetapi juga memadukan dengan ajaran spiritual atau ilmu batin dalam gerakan pencak silat.

2. Pencak Silat Pagar Nusa

Pagar Nusa merupakan perkumpulan pencak silat yang berkembang di lingkungan pesantren Nahdlatul Ulama (NU). Pagar Nusa dibentuk pada tahun 1986. Pagar Nusa merupakan akronim yang diambil dari pagar NU dan bangsa. Di kalangan NU, terdapat banyak aliran yang berkembang seperti aliran Pagar Nusa Gasmi, Pagar Nusa Batara Perkasa, Pagar Nusa Satria Perkasa Sejati (Saperti), dan sebagainya.

3. Pencak Silat Perisai Diri

Perisai Diri resmi berdiri pada 2 Juli 1955 di Surabaya, Jawa Timur. Dirikan oleh RM Soebandiman Dirdjoatmodjo. Teknik dalam aliran ini mengandung unsur dari 156 aliran dari berbagai wilayah di Indonesia. Perisai Diri ini juga mengadopsi aliran dari China yakni Siauw Liem. Pada aliran ini, pesilat belajar teknik bela diri yang efektif dan efisien, baik menggunakan senjata atau dengan tangan kosong.

4. Pencak Silat Merpati Putih

Aliran Pencak Silat Merpati Putih mempelajari teknik bela diri dengan tangan kosong tanpa menggunakan senjata dan alat. Merpati Putih merupakan singkatan dari Mersudi Patitising Tindak Pusakane Titising Hening, yang artinya mencari sampai mendapat kebenaran dengan ketenangan. Dengan nama tersebut, anggota Merpati Putih diharapkan mampu menyelaraskan hati dan pikiran dalam tindakannya.

5. Pencak Silat Cimande

Pencak Silat Cimande dikembangkan oleh Abah Khaer di Kampung Cimande, Bogor. Aliran ini menjunjung tinggi nilai-nilai leluhur, seperti taat kepada Allah dan Rasul-Nya, tidak boleh durhaka terhadap orang tua, tidak boleh melawan guru dan ratu (pemerintah), dan lain sebagainya.

6. Silat Tapak Suci Putera Muhammadiyah

Tapak Suci berada di bawah naungan Muhammadiyah. Aliran ini dibentuk secara khusus untuk menjadi bagian dari organisasi Islam Muhammadiyah. Anggota kader Tapak Suci dibina sesuai akidah islam yang kuat agar dapat belajar ilmu bela diri yang bebas dari syirik.


Kekayaan ilmu bela diri asli Indonesia ini sudah sepatutnya mendapat perhatian agar tetap terjaga dan lestari. Mempelajari pencak silat bukan hanya membentuk kekuatan fisik tetapi juga pendalaman karakter yang tangguh, disiplin, dan berbudi. Selain itu, belajar pencak silat juga dapat menjadi media untuk menumbuhkan rasa cinta tanah air melalui budaya dan tradisi.


Penulis        : Agus Ninja Nurul Chikam

Editor          : Anisah Kurnia Rahmawati



Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama