Pertunjukan Seni Rapai Daboh (Sumber: website kompasiana.com) |
JAGATBUDAYA.com - Nama Seni Rapai Daboh mungkin masih asing di telinga beberapa masyarakat Indonesia. Kesenian ini berasal dari Panton Labu, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Rapai Daboh merupakan gabungan antara seni musik, tarian, agama, dan ritual ilmu kebal yang bernama daboh. Dalam bahasa Aceh, "daboh" berarti menusuk atau melukai diri. Keunikan seni ini terletak pada demonstrasi kekebalan tubuh para pemainnya terhadap benda-benda tajam.
Melansir dari kanalaceh.com, Rapai Daboh atau yang memiliki nama lain Dabus ini dimainkan oleh seorang ketua yang disebut khilafah (orang yang menguasai ilmu kebal), pemain rapai (semacam rebana), dan pemain atraksi (pendabus). Pertunjukan ini dimulai ketika pemain rapai duduk melingkar memukul rapai sambil melantunkan syair-syair tertentu. Lalu para pendabus masuk dan mulai melakukan aksi menggunakan senjata tajam seperti menusuk perut, memakan api, dan hal ekstrem lainnya. Namun uniknya, aksi ini tidak meninggalkan bekas dan luka sama sekali di tubuh pendabus.
Hal ini juga sejalan dengan yang ditulis Snock C. Hurgronje, yang menyebutkan bahwa, “Di antara pertunjukan-pertunjukan yang dibungkus dalam seremonial Rifa’i, dan sebagaian didasarkan pada histeria dan mesmerisme, dan sebagian lagi pada permainan sulap, menyakiti diri sendiri secara sadar menempati porsi yang paling banyak. Pertunjukan-pertunjukan ini (meskipun pada tingkat yang terus berkurang dibanding sebelumnya) secara universal dipraktikkan seluruh Kepulauan Timur di bawah nama dabus, debus atau pertunjukan gedebus. Istilah ini berasal dari bahasa Arab dabbus, jarum besi, yang digunakan sebagai instrumen utama untuk melukai badan. Orang Aceh juga berbicara menegenai daboh (senjata) dan meudaboh (penggunaan senjata) atau lain menyebutkan pertunjukan rapa’i (dari Rifa’i) istilah yang digunakan untuk menunjukkan tamborin yang digunakan dalam pertunjukan ini dan dalam zikir-zikir lain (Hurgronje. 2020: 497-498).”
Meskipun mengandung unsur yang ekstrem, para pelaku seni menegaskan bahwa Rapai Daboh bukan sekadar atraksi, melainkan wujud spiritualitas dan kearifan lokal masyarakat Aceh. Makna dari kesenian ini sendiri adalah meskipun manusia memiliki kekebalan dan kekuatan, hal tersebut tidak dapat menandingi kebesaran Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Pada awalnya, Rapai Daboh memiliki tujuan sebagai media perkembangan Islam melalui syair-syair dan dzikir. Seiring berjalannya waktu, Rapai Daboh berkembang menjadi seni pertunjukan dan hiburan yang dipentaskan dalam berbagai acara adat dan acara-acara seperti perkawinan, hajatan, dan lain-lain. Dengan keunikannya, Seni Rapai Daboh tidak hanya menjadi daya tarik wisata budaya, tetapi juga cerminan identitas dan filosofi hidup masyarakat Aceh yang kaya akan nilai-nilai sakral.
Penulis : Anisah Kurnia Rahmawati
Editor : Devita Melanie Candra