Tradisi Masappo Bola: Representasi Nilai Gotong Royong Dan Kebersamaan Suku Bugis

Tradisi Masappo Bola yang dilakukan oleh masyarakat Bugis saat ingin pindah rumah. (sumber: teraskata.com)


JAGATBUDAYA.com - Bugis merupakan salah satu suku yang memiliki populasi terbesar di sebagian wilayah Sulawesi Selatan. Memiliki kehidupan yang sederhana dan tradisional, membuat Suku Bugis kaya akan tradisi. Salah satu tradisi yang menarik perhatian publik adalah tradisi “Masappo Bola”. 


Masappo Bola, jika diartikan dalam bahasa Indonesia memiliki makna mengangkat atau memindahkan rumah. Tradisi ini merupakan warisan budaya Suku Bugis yang menjadi tradisi turun temurun dari masa ke masa. Seperti makna dari nama tradisi ini, Masappo Bola merupakan kegiatan “memindahkan rumah” yang dilakukan oleh masyarakat laki-laki yang ada di Suku Bugis.


Bangunan rumah yang ada di Sulawesi Selatan mayoritas berbentuk rumah panggung yang terbuat dari papan dan kayu. Oleh karena itu, tidak heran jika rumah bisa dipindahkan dengan cara digotong beramai-ramai. Konstruksi rumah pun dibuat secara lepas pasang (knock down). Suku Bugis memiliki pandangan bahwa rumah bukan hanya sekedar tempat tinggal, namun juga sebagai pusat terjadinya siklus kehidupan, tempat manusia dilahirkan, dibesarkan, menikah dan meninggal.


Andi Asik, salah satu tokoh masyarakat di Sulawesi Selatan dalam wawancara bersama CNN Indonesia (8/5/2024), mengatakan biasanya orang akan berkumpul di hari Jumat untuk melaksanakan sholat jumat. Setalah sholat, barulah rangkaian kegiatan masappo bola dilaksanakan. Tradisi ini diawali dengan makan bersama yang biasanya makanan merupakan hasil gotong royong dari perempuan yang ada di Desa Bugis. Berdasarkan Skripsi “Makna Tradisi Masoppo Bola pada Masyarakat Bugis di Kecamatan Libureng, Kabupaten Bone” dijelaskan bahwa, pada umumnya, pemilik rumah memindahkan rumah dikarenakan rumah tersebut sudah terjual atau ada sanak keluarga yang ingin membangun rumah di tempat tersebut.

 

Alat yang digunakan untuk memindahkan rumah biasanya menggunakan bambu karena bambu memiliki berat yang ringan dan rata-rata memiliki ukuran yang setara dengan badan rumah. Untuk memastikan rumah yang ingin dipindahkan seimbang, bambu yang digunakan tergolong cukup banyak agar tidak terjadinya kerusakan para rumah. 


Selain gotong royong memindahkan rumah, biasanya tenaga perempuan juga diikutsertakan dalam memasak makanan tradisional yang nantinya akan disajikan dan dimakan bersama. Makanan ringan yang biasanya disajikan antara lain, kue bandang, suwella, barongko dan dilengkapi dengan teh hangat dan kopi. Selain itu ada juga makanan berat seperti, sokko, lawa, kapurung dan pacco yang juga ikut disajikan. 


Masappo Bola merupakan salah satu bukti tradisi luhur Indonesia yang masih dipertahankan dan harus terus dilestarikan. Melalui tradisi ini, gotong royong bukan hanya menjadi nilai utama, tetapi juga kerja keras, kegigihan, kesabaran, dan kerendahan hati yang terpancar dari partisipasi seluruh masyarakat dalam melestarikan tradisi ini.


Penulis : Devita Melanie Candra

Editor : Dea Arda Rikia


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama