Tenun Lurik Klaten: Keahlian Profesional Peninggalan Sejarah

sumber : antarafoto

Klaten, JAGATBUDAYA.com - Kain tenun lurik khas Klaten telah diakui sebagai warisan budaya takbenda Indonesia pada 2021 lalu. Tenun lurik Klaten merupakan sebuah keahlian dan keterampilan yang bernilai budaya dan diwariskan turun-temurun oleh nenek moyang. Proses pembuatan yang menggunakan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM) di masa serba modern ini menjadi bukti bahwa keahlian tersebut perlu dilestarikan. 

Dikutip dari Jurnal Jantra (2009), Indonesia sudah mengenal lurik sejak abad ke-7 sampai 15 masehi. Pada abad ke-17, pakaian dari tenun lurik dijadikan sebagai simbol status sosial di lingkungan Mataram, baik Keraton Solo maupun Keraton Jogja. Saat itu, hanya orang-orang di lingkungan kerajaan saja yang boleh menggunakan lurik, sedangkan orang biasa tidak diizinkan. Baru setelah masuk abad 19 kain lurik boleh digunakan semua orang meski ada beberapa motif yang dilarang untuk digunakan. 

Lurik di Klaten berkembang di Kecamatan Pedan. Usaha tenun lurik menggunakan ATBM mulai berkembang pada tahun 1930-an. Pada saat itu ada sebuah usaha tenun yang dibuka, kemudian usaha tersebut memberdayakan masyarakat sekitarnya hingga bisnis tenun lurik menjamur di Pedan, Klaten. 

Mengutip dari website warisanbudaya.kemdikbud, menurut penelitian, tenun lurik Klaten dinilai memiliki nilai kearifan lokal yang teruji mampu melalui berbagai pengaruh luar dan eksis menjadi busana lokal, nasional, hingga internasional, serta memberikan arah dalam pengembangan budaya. Proses pembuatan lurik memiliki berbagai nilai dan aspek pendidikan, seperti nilai kesabaran, ketenangan, kebersihan, keindahan, kesederhanaan, percaya diri, nilai swadeshi, dan lain-lain. Corak dan warna dalam kain lurik menjadi simbol filosofi makna dari penggunanya. Setiap corak mengandung doa, nasehat, petunjuk, harapan, bahkan kekuatan spiritual. 

Meskipun kondisi produksi kain tenun lurik di Klaten sudah tidak seperti dulu, tetapi dilihat dari berbagai aspek seperti ekonomi, sosial, dan budaya, kerajinan tenun lurik ini sangat bermanfaat dan berarti bagi orang-orang di sekitarnya. Aktivitas menenun bukan sekadar untuk mengisi waktu luang, melainkan juga menjadi bagian hidup sehari-hari para pengrajinnya. Itulah sebabnya kegiatan menenun lurik masih terus berjalan dan diturunkan meski secara kualitas dan kuantitas mengalami perubahan. 

Kemampuan menenun lurik Klaten menjadi salah satu warisan budaya takbenda yang keberadaannya perlu dilestarikan. Nilai dan makna filosofis dari setiap benang yang ditenun harus terus diturunkan ke anak cucu supaya tetap terjaga dan dilestarikan. Sehingga, tenun lurik Klaten dapat semakin mendunia. 


sumber: 

website https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/

Kerajinan Tenun Lurik Pedan di Klaten, Jurnal Jantra, Vol. IV(8), (2009). 


Penulis : Maharani Satwikazahra C.

Editor : Anisah Kurnia Rahmawati


Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama