Sekumpulan wanita sedang melakukan Gejog Lesung sambil bernyanyi lagu daerah (Sumber: budaya-indonesia.org) |
JAGATBUSAYA.com - Gejog lesung merupakan sebuah kesenian tradisional yang lahir dari aktivitas sehari-hari masyarakat pedesaan, khususnya para petani. Gejog lesung telah menjadi salah satu warisan budaya tak benda Indonesia yang begitu kaya akan makna. Bunyi ritmis dari alu yang memukul lesung, diiringi suara nyanyian dan tawa riang, menciptakan harmoni yang begitu khas dan membumi.
Mengutip dari p2k.stekom.ac.id, Gejog lesung dipercaya berawal dari ekspresi kegembiraan para petani setelah berhasil memanen padi. Kegiatan menumbuk padi di lesung yang biasanya dilakukan secara berkelompok, kemudian diiringi dengan nyanyian dan gerakan tari sederhana. Lambat laun, kegiatan ini berkembang menjadi sebuah pertunjukan seni yang memiliki nilai estetika dan sosial yang tinggi.
Lebih dari sekadar hiburan, Gejog lesung mengandung makna yang mendalam. Ritme yang dihasilkan dari pukulan alu pada lesung melambangkan kesuburan bumi dan siklus kehidupan. Nyanyian yang mengiringi mengandung doa dan harapan untuk kehidupan yang lebih baik. Selain itu, Gejog lesung juga berfungsi sebagai sarana komunikasi, mempererat tali silaturahmi, serta menjadi identitas budaya suatu daerah.
Dikutip dari jurnal yang diterbitkan oleh Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, instrumen utama dalam Gejog lesung adalah lesung itu sendiri. Lesung terbuat dari kayu yang berukuran besar dan kuat. Selain lesung, alat musik lain yang sering digunakan adalah kendang, gong, dan saron. Para pemain Gejog Lesung biasanya terdiri dari penari, penyanyi, dan pemusik. Pertunjukan Gejog lesung umumnya dilakukan di ruang terbuka, seperti halaman rumah, balai desa, atau lapangan. Para penari akan bergerak mengikuti irama musik, sambil menyanyikan lagu-lagu tradisional. Gerakan tariannya sederhana namun penuh ekspresi, menggambarkan kehidupan sehari-hari masyarakat pedesaan.
Gejog lesung tidak hanya sekadar hiburan semata, tetapi juga memiliki peran yang sangat penting dalam berbagai upacara adat di masyarakat Jawa, khususnya di daerah pedesaan. Kesenian ini seringkali menjadi bagian tak terpisahkan dari rangkaian acara adat, mulai dari kelahiran, perkawinan, hingga kematian.
Gejog Lesung seringkali dimainkan untuk merayakan kelahiran seorang anak. Bunyi ritmis dari lesung dan alu dipercaya dapat mengusir roh jahat dan membawa berkah bagi sang bayi. Selain itu juga dilakukan dalam upacara perkawinan. Gejog lesung menjadi pengiring pengantin saat menuju rumah mempelai wanita. Iringan musik ini melambangkan kebahagiaan dan harapan agar rumah tangga yang baru dibina selalu harmonis. Gejog lesung juga dimainkan dalam upacara kematian sebagai tanda penghormatan terakhir kepada orang yang meninggal. Iringan musik ini dipercaya dapat mengantar roh sang meninggal menuju alam baka.
Menurut jurnal yang diterbitkan ISI Yogyakarta, Gejog lesung dalam konteks upacara adat memiliki simbolisme yang sangat kaya. Bunyi ritmis dari lesung dan alu melambangkan siklus kehidupan, kematian, dan kelahiran kembali. Selain itu, Gejog lesung juga dianggap sebagai media komunikasi antara manusia dengan dunia roh.
Meskipun telah ada sejak zaman dahulu, Gejog lesung kini menghadapi tantangan dalam upaya pelestariannya. Modernisasi dan urbanisasi membuat generasi muda semakin kurang tertarik pada kesenian tradisional. Namun, berbagai upaya telah dilakukan untuk melestarikan Gejog Lesung. Pelestarian dilakukan melalui pendidikan seni di sekolah, generasi muda diperkenalkan pada Gejog lesung sejak dini. Selain itu, terdapat berbagai pementasan Gejog lesung dalam berbagai acara, baik di tingkat lokal maupun nasional. Melalui dokumentasi, baik dalam bentuk tulisan, foto, maupun video, keberadaan Gejog lesung dapat diabadikan dan diwariskan kepada generasi mendatang. Gejog Lesung terus dikembangkan dengan inovasi-inovasi baru, tanpa menghilangkan nilai-nilai tradisionalnya.
Gejog lesung bukan hanya sekadar kesenian, tetapi juga merupakan cerminan identitas budaya. Melalui Gejog Lesung, kita dapat memahami nilai-nilai luhur yang dianut oleh masyarakat pedesaan, seperti gotong royong, kerja keras, dan rasa syukur. Dengan terus melestarikan Gejog lesung, kita tidak hanya menjaga warisan budaya bangsa, tetapi juga memperkaya khazanah seni Indonesia.
Penulis : Maharani Satwikazahra C
Editor : Devita Melanie Candra