Pertunjukan Teater Seni Wayang Orang Mahabharat (Sumber: detik.com) |
JAGATBUDAYA.com - Wayang Orang adalah salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional Jawa yang memadukan teater, tari, dan musik. Berbeda dengan Wayang Kulit yang menggunakan boneka datar dari kulit sebagai media, Wayang Orang menghadirkan aktor manusia untuk memainkan karakter-karakter dalam cerita yang berasal dari epos Hindu seperti Ramayana dan Mahabharata. Seni ini berkembang pada abad ke-18, terutama di lingkungan keraton di Jawa Tengah dan Yogyakarta, sebagai hiburan untuk kalangan bangsawan.
Namun, seiring berjalannya waktu, pertunjukan Wayang Orang mulai dapat dinikmati oleh masyarakat luas. Meski menghadapi tantangan di era modern, seni pertunjukan ini tetap hidup berkat upaya pelestarian oleh pemerintah, seniman, dan komunitas budaya.
Mengutip indonesiakaya.com menurut Soedarsono dalam Wayang Wong: The State Ritual Dance Drama in the Court of Yogyakarta, selain sebagai seni adiluhung, wayang orang menjadi alat politik untuk meraih legitimasi sebagai penguasa yang sah dari Mataram dan penerus tradisi kebudayaan Majapahit.
Sejarah Wayang Orang
Wayang Orang diperkirakan mulai berkembang pada masa pemerintahan Pakubuwono II di Surakarta pada abad ke-18. Konon, pertunjukan ini bermula dari keinginan raja untuk menghadirkan pertunjukan yang lebih hidup dan dramatis dengan menggunakan aktor manusia, sehingga penonton bisa lebih terhubung dengan cerita yang disampaikan. Wayang Orang kemudian berkembang pesat di lingkungan keraton dan menjadi bagian penting dari upacara-upacara kerajaan.
Di Yogyakarta, Wayang Orang juga mendapatkan tempat tersendiri, dengan Keraton Yogyakarta menjadi salah satu pusat utamanya. Para bangsawan dan keluarga kerajaan sering terlibat dalam pertunjukan ini, baik sebagai pemain maupun penonton. Dalam perkembangannya, Wayang Orang mulai terbuka untuk dinikmati oleh masyarakat umum, khususnya melalui pementasan di tempat-tempat umum seperti pasar malam, gedung kesenian, dan festival budaya.
Unsur-unsur Pertunjukan Wayang Orang
Wayang Orang adalah bentuk seni pertunjukan yang kompleks karena memadukan berbagai elemen, seperti:
1. Tari: Setiap karakter dalam Wayang Orang memiliki gerakan tari yang khas, yang mencerminkan sifat dan kedudukan mereka. Tarian dalam Wayang Orang merupakan adaptasi dari tari klasik Jawa seperti Bedhaya dan Srimpi, yang ditandai dengan gerakan yang halus dan terstruktur.
2. Dialog dan Lagu: Pertunjukan ini juga menampilkan dialog yang biasanya dalam bahasa Jawa klasik. Selain dialog, sinden (penyanyi wanita) mengiringi adegan dengan tembang (lagu tradisional) yang menguatkan suasana emosional dalam cerita.
3. Musik Gamelan: Orkestra gamelan menjadi pengiring utama Wayang Orang, memberikan suasana dramatik yang mendukung jalannya cerita. Musik gamelan memainkan peran penting dalam mengatur ritme adegan, baik adegan yang penuh ketegangan seperti pertempuran maupun adegan yang tenang seperti pertemuan antara dua tokoh.
4. Kostum dan Make-up: Salah satu daya tarik utama Wayang Orang adalah kostum yang sangat detail dan berwarna-warni. Setiap kostum mencerminkan status sosial dan karakter dari tokoh yang diperankan. Misalnya, tokoh raja seperti Rama atau Kresna mengenakan pakaian kebesaran dengan mahkota dan aksesoris emas, sedangkan karakter antagonis seperti Rahwana biasanya memakai kostum dengan warna-warna cerah dan riasan wajah yang menonjol.
Cerita dalam Wayang Orang
Sebagian besar cerita dalam Wayang Orang berasal dari epos Hindu Ramayana dan Mahabharata, dua kisah epik yang telah menjadi bagian integral dari budaya Jawa. Ramayana menceritakan kisah tentang kepahlawanan Rama, pencarian cintanya kepada Shinta, dan pertempuran melawan Rahwana, raja raksasa dari Alengka. Sedangkan Mahabharata menceritakan konflik antara Pandawa dan Kurawa, dua keluarga besar yang berseteru memperebutkan tahta kerajaan Hastinapura.
Dalam Wayang Orang, kisah-kisah ini sering kali disampaikan dengan pesan moral yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, seperti pentingnya kesetiaan, kejujuran, dan keberanian. Di beberapa kesempatan, cerita-cerita yang disajikan juga dapat dimodifikasi atau disesuaikan dengan konteks sosial dan budaya yang lebih modern.
Wayang Orang adalah salah satu bentuk seni pertunjukan tradisional yang sangat kaya dan bermakna, yang tidak hanya menghibur tetapi juga mengajarkan nilai-nilai moral dan sosial. Meskipun menghadapi tantangan dari zaman modern dan perubahan selera penonton, Wayang Orang tetap bertahan dan terus berevolusi. Berkat upaya pelestarian dan revitalisasi, seni ini masih dapat dinikmati dan diapresiasi oleh generasi saat ini, sekaligus menjaga warisan budaya yang telah berlangsung selama berabad-abad.
Penulis : Zahra Annisa
Editor : Devita Melanie Candra